Semua Serba Digital, Termasuk Ekonomi Digital

Dunia digital telah memasuki kehidupan kita, semuanya serba digital. Segalanya bisa dikendalikan dimanapun kita berada melalui smartphone maupun gadget lainnya yang terhubung dengan internet. Kehidupan manusia semakin mudah termasuk ekonomi digital. Kita pastinya sudah mengenal pengelolaan dan penjualan produk secara online, serta transaksi online. Sudah tak aneh lagi metode cashless, tidak perlu membawa dompet yang tebal berisikan uang tunai kemana-mana. Pembayaran non tunai menjadi sebuah tren dan solusi perbankan.

Kemudahan bertransaksi adalah tujuan terciptanya uang elektronik. Terdapat 2 tipe yaitu Chip Based yaitu nilai uang disimpan dalam media chip dan transaksi dilakukan secara offline dan Server Based yaitu nilai uang disimpan dalam media server dan transaksi dilakukan secara online. Kecepatan dan kemudahan dalam melakukan transaksi merupakan kebutuhan yang dicari oleh setiap penggua layanan tersebut.

Perkembangan layanan dalam aplikasi dalam web-based maupun smartphone membuat mekanisme pembayaran non tunai menjadi pilihan. Selain menjadi pendukung dalam solusi aplikasi, mekanisme pembayaran non tunai menjadi daya tarik dalam penggunaan aplikasi. Aplikasi yang menawarkan suatu solusi/kemudahan menyedot perhatian pengguna. Dengan jumlah pengguna yang cukup besar, perputaran uang juga menjadi semakin banyak. Hal ini tidak hanya berdampak pada perbankan, namun non perbankan juga ikut serta dalam pangsa pasar non tunai ini. Seperti T-Cash, Gopay, dan Grab dengan OVO. Dengan menggunakan fitur tersebut pengguna disuguhi adanya promo dan diskon, yang membuat banyak orang tergiur.

McKinsey menyebutkan bahwa ekonomi digital Indonesia kini hampir sama dengan China pada tahun 2010, berdasarkan indikator-indikator seperti penetrasi e-retail, GDP per kapita, penetrasi internet, pengeluaran ritel, dan urbanisasi.

Di Asia Tenggara saat ini sudah ada 8 Unicorn dan setengahnya berasal dari Indonesia. Yaitu : Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.